Batu nisan, sesuatu yg bagi segelintir orang, merupakan hal yg tabu untuk dibicarakan. Batu nisan seakan jadi ikon yg menakutkan, yg mewakili paradigma dan ketakutan akan kematian. Namun, berbeda dengan Liliek Soeratminto, dosen FIB UI. Dalam beberapa pandangannya, batu nisan terlihat pantas untuk diteliti. bagaikan kabut, batu nisan seakan menyelemuti sosok dari orang yg "diwakilinya".
Seperti batu nisan diatas. berkat penelitiannya, ia berhasil mengungkap misteri tentang karakter Si "Empunya" nisan. dari tulisan-tulisan serta lambang yg diukir di batu nisan tersebut, ia mampu mengungkapkan beberapa hal, diantaranya:
- Kuda melompat ke kanan: Kehidupan sudah pergi meninggalkan raganya, jiwa sudah bebas menuju ke surga
- Helm perang berterali: Bangsawan
- Kalung salib: Kristiani
- Baju zirah: Kesatria
- Perisai berpembatas garis tanda salib: Kesatria kristiani
- Pohon (dalam perisai): Kedamaian dan abadi
- Simpul tali: Ikatan abadi, kesempurnaan
- Daun akantus: Hidup abadi
- “Karena ketidaktenangan, beristirahatlah di bawah ini yang mengagumkan kebajikan dan ketekunannya, Yang Mulia Tuan Michiel Westpalm dari Ameland. Anggota Dewan Tertinggi dan Direktur Jenderal Hindia-Belanda. Wafat di Batavia 24 Agustus 1734 dalam usia 50 tahun, 11 bulan, dan 26 hari”.
Nisan itu sendiri merupakan salah satu nisan zaman VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) milik Michiel Westpalm dari Ameland. Nisan-nisan zaman VOC tak membisu dalam beku. Mereka menjadi arsip kehidupan masa lalu.
Nisan zaman VOC di Batavia--kini Jakarta--umumnya terbuat dari batu gunung biru atau batu pantai keras asal Coromandel, India Selatan. Nisan berbentuk persegi panjang berukuran 2,2 meter x 1 meter.
melalui kajian semiotika dan analisis teksnya, Liliek Soeratminto telah memecahkan kode-kode sosiohistoris di balik indahnya ukiran teks dan lambang ikonis nisan VOC. Ukiran teks menunjukkan struktur sosial masyarakat Batavia abad ke-17 dan ke-18 yang mengikuti hierarki kedudukan dalam VOC. Sedangkan ukiran lambang ikonis menyiratkan kebangsawanan keluarga, kepercayaan, sekaligus melukiskan hubungan antara komunitas Kristen di Batavia dengan leluhurnya di Eropa.
Masyarakat berstatus sosial tinggi biasanya menggunakan lebih banyak lambang ikonis dibandingkan teks. Juga, hanya mereka yang berjabatan tinggi dan berjasa bagi gereja yang berkesempatan dimakamkan di lantai kebaktian.
0 komentar:
Posting Komentar